Sep 25, 2017

Membuktikan Keindahan Banyuwangi

“Banyak orang bilang kalau Pulau Jawa itu hanya sebatas beberapa kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan Yogyakarta. Tapi, setelah mengunjungi Banyuwangi, Pulau Jawa bukan hanya kota-kota tersebut saja”.

Yes, bulan september 2017 memang surganya para pencinta jalan-jalan. Selain banyaknya tanggal berwarna merah, bulan September 2017 juga masih bertepatan dengan musim kemarau di Indonesia. Tentu kemarau jadi favorit bagi para pejalan untuk sekedar melepas lelah pekerjaan di akhir pekan.

Setelah menentukan tanggal, transportasi selama di Banyuwangi, hingga penginapan yang menjadi tempat singgah selama di Banyuwangi, maka yang ditunggu adalah saat hari itu datang. Yess. Perjalanan menuju Banyuwangi dari Yogyakarta menggunakan Kereta Api Sri Tanjung akan menempuh perjalanan kurang lebih 13 Jam. Membosankan? Tentu tidak. Karena dari sebelum memulai perjalanan ini, niat saya adalah untuk berlibur, bersenang-senang selama liburan.

Banyak cerita menarik selama perjalanan diatas Ka.Sri Tanjung. Di Kereta api kelas ekonomi ini kita akan menemukan banyak tingkah perilaku berbagai macam manusia yang beragam dan unik. Ada yang membawa anak dengan cukup banyak, hingga saya bertemu dengan seorang traveller yang melalukan solo traveller, dan orang yang membawa barang bawaan yang cukup banyak; kaya mau pindahan.

Di sepanjang perjalanan pun saya begitu menikmati sajian alam khas Indonesia yang cukup indah. Bahkan untuk pertama kalinya saya melewati daerah terdampak dari Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Sayangnya jalur kereta hanya berada di samping lokasi yang kini menjadi museum Geologi. Selain itu, saya juga untuk pertama kalinya mengetahui kota-kota yang ada di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang belum saya ketahui sebelumnya. Padahal, saya lahir dan besar di Jawa.
Tiba di Stasiun Karangasem pukul 20.34 membuat waktu perjalanan selama 13 jam terasa tidak terlalu lama. Ternyata banyak juga yang turun di stasiun ini. Padahal masih ada stasiun akhir dan menjadi stasiun paling ujung di Pulau Jawa, Stasiun Banyuwangi Baru.

Menginjakkan kaki di Banyuwangi pertama kali untuk berlibur membuat hati saya cukup senang. Memang mengunjungi Banyuwangi bukan jadi kesempatan pertama, namun kesempatan mengunjungi Banyuwangi hanya untuk melakukan penyebrangan ke Pulau Bali. Dan, kesempatan pertama untuk mengunjungi Banyuwangi dengan tujuan untuk berlibur tentu membuat hati ini senang.

Malam itu juga, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju Ijen. Setelah turun dari kereta saya bertemu dengan beberapa orang yang juga mempunyai tujuan untuk berlibur di Banyuwangi. Setelah mengobrol dan berkenalan maka kami memutuskan untuk singgah di dekat stasiun sambil menunggu tengah malam untuk menuju Ijen Creater.

Tujuan saya ke Ijen Creater adalah untuk memotret keindahan blue fire khas Ijen dan kegiatan para petani belerang dari masyarakat Ijen itu sendiri. 

Dengan penuh semangat pukul 00.00 wib, saya yang pergi dari Yogyakarta bersama orang tersayang plus ditambah teman on the spot yang ternyata satu kampus memutuskan untuk pergi ke Ijen dengan konvoi menggunakan sepeda motor. Tidak sulit menuju Ijen dari Stasiun Karangasem, tidak perlu khawatir akan tersesat. Karena kesan pertama saya saat akan menuju Ijen adalah Akses menuju lokasi wisata yang tidak terlalu sulit. Hal ini didukung dengan insfrastruktur yang cukup baik dan tersedianya petunjuk jalan di setiap persimpangan jalan. Tentu hal ini mempermudah wisatawan dengan budget terbatas seperti saya. Liburan yang dilakukan tanpa paket wisata dan tour guide. Bahkan untuk transportasi saja menggunakan jasa penyewaan motor. 

Kurang lebih 2 jam perjalanan dari Stasiun Karangasem menuju Kawah Ijen dengan menggunakan sepeda motor. Tiba di Parkir Ijen sekitar pukul 02.00 pagi dengan kondisi badan yang sudah menggigil karena kedinginan. Dilanjukan dengan mendaki kurang lebih 2-3 jam menuju puncak kawah Ijen. Harga tiket masuk kawah ijen adalah sebesar Rp.7500,- di hari libur untuk wisatawan nusantara dan biaya parkir. 

Selama perjalanan mendaki menuju puncak, saya bertemu dengan banyak wisatawan baik wisatawan asing maupun dari Indonesia. Ada yang unik saat sedang mendaki, yakni adanya Taksi/Ojek Gunung Ijen. Dimana ojek/taksi ini dikemudikan oleh manusia dengan menarik/mendorong gerobak yang sudah dimodifikasi untuk 1-2 orang. Ada rasa iba betapa beratnya perjuangan para pengemudi Taksi Gunung tersebut. Dimana 1-2 orang penumpang ditarik oleh 2-3 orang driver

Sayangnya, karena kondisi kaki yang kurang siap menghadapi beban dan medan ke Ijen Creater, saya memutuskan untuk berhenti sampai warung yang berada sebelum tanjakan menuju puncak. Sedih, karena saya tidak bisa menikmati keindahan Blue fire Ijen Creater. Namun, untuk mengobati hal tersebut maka saya memutuskan untuk mengunjungi Kawah Wurung yang berada di tetangga Banyuwangi, yakni Kab,Bondowoso. Indah, namun sayang lokasinya sulit terjangkau serta insfrastruktur yang kurang memadai.

Dekatnya penginapan yang dipilih dengan pantai Watu Dodol membuat mata sulit untuk berpaling dari indahnya laut Ujung Timur Pulau Jawa ini. Biru, tenang, dan jernih membuat mata ini sangat menikmati keindahan ciptaan tuhan. 
View Baru Dua Beach Hotel
Foto: Dok. Pribadi
Rasa penasaran yang datang membuat saya ingin mengunjungi Bundar (Bangsring Underwater) tempat yang cukup terkenal (saya browsing info) dengan Rumah Apung dan Penangkaran Hiu. Tiket masuknya pun cukup murah Hanya Rp.4000,- (Sudah parkir motor). Tetapi, Apabila ingin menyebrang menuju rumah apung kita hanya ditarik biaya sekitar Rp.5000,-saja. Dan jika kita ingin menikmati indahnya laut Banyuwangi lalu bermain-main bersama nemo kita hanya cukup membayar Rp.30.000,- saja. Menarik kan?
Rumah Apung & Snorkeling Bangsring Underwater
Foto: Dok. Pribadi

Di hari ke 3, saya penasaran dengan Taman Nasional Baluran. Meskipun secara letak berada di Kabupaten Situbondo, namun tak sedikit orang-orang yang meng-upload Baluran di Banyuwangi. Jadi, Banyuwangi atau Situbondo?

Memutuskan untuk berangkat pagi menuju Baluran. Karena, menurut orang-orang yang saya tanyai, waktu yang tepat untuk berkeliling di Baluran adalah pagi hari mulai pukul 05.00 wib - 08.00 wib. Dimana di waktu tersebut hewan-hewan liar keluar untuk mencari makan. Seperti; Rusa, Monyet, hingga Merak. Indah bukan? kita memang dimanjakan seperti berada di Savana asli yang ada di Afrika Selatan. Tapi hati-hati, di Baluran jangan bawa makanan atau apapun yang menurut si monyet seperti makanan. Nanti akan bernasib seperti saya, dimana kunci hotel dibawa lari monyet, dan kulit jok motor menjadi korban cabikan monyet-monyet liar.
Taman Nasional Baluran, Savana Bekol
Foto: Dok. Pribadi
Di Baluran sendiri terdapat satu pantai yang bisa dibilang sebagai Hidden Paradise, yaitu Pantai Bama. Pantai ini masih menyimpan keindahan lautnya dibalik Hutan Baluran yang sangat gersang. Air laut nya biru seperti menembus kaca, hutan mangrove dan pepohonan yang rindang menghalangi kita dari teriknya panas. Dan juga kawanan monyet liar yang tetap mengintai kantong atau tas yang kita bawa. Jadi, tetap berhati-hati yaaa.
Setelah puas dari Baluran, saya menuju Kota Banyuwangi. Ada beberapa pantai yang membuat saya tertarik. Yakni Pantai Boom dan Pantai Syariah. Namun, saya baru mengetahui kalau Pantai Boom sedang ditutup karena akan dibangun marina di sekitar pantai. Akhirnya, untuk mengobati kekecewaan karena tidak bisa menikmati keindahan Pantai Boom maka saya memutuskan untuk ke Pantai Syariah. Unik kan?

Nama pantai yang unik dan cenderung islami ini memang menggunakan konsep yang serupa. Dimana pintu masuk antara Akhi (laki-laki) dan Ukhti (perempuan) dipisahkan. Pintu masuk laki-laki ke sebelah kanan dan perempuan di sebelah kiri. Selain itu, terdapat tata tertib agar menghentikan aktivitas apapun saat mendengar adzan. Benar saja, saat adzan magrib sudah tidak ada orang satupun yang beraktivitas di pantai.
Bermain kano di Pantai Syariah
Foto: Dok.Pribadi

Rasanya, 4 hari 3 malam di Banyuwangi terasa kurang. Beberapa tempat yang saya tulis ternyata berbeda arah dengan penginapan. Kelak, saya harus kembali menikmati betapa majestic nya Banyuwangi. Rasanya akan merugi karena kita tidak tau Banyuwangi. Gimana? Pengen kan ke Banyuwangi? apalagi sama orang tersayang.

0 comment: