Jan 10, 2017

Memaknai (tentang) Waktu

Semenjak masuk awal semester 5 ada beberapa pesan yang isinya mengundang gue untuk hadir pada sebuah acara sakral; pernikahan. Iya, beberapa temen seperjuangan gue sudah memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya dengan menikah bersama orang yang dipilih. Ada temen deket, temen kelas, bahkan dari temen yang cuma sekedar kenal aja. Isinya? ya berharap gue (khususnya) untuk hadir di acaranya.

Terakhir gue dapet pesan kaya gini (di grup kelas jaman sma):

"Nama-nama yang tercantum di foto, undangannya ada di gue ya. 
Jangan lupa hadir di pernikahan temen kita"

Kira-kira begitulah isi pesannya. Dan itu menjadi dua bagian dari kabar. Yang pertama, kabar bahagia, iya gue bahagia karena sedikit demi sedikit temen-temen gue sudah di/meminang calon jodohnya. Kedua, kabar sedih, iya karena gue sadar kalau umur gue bukan umur yang masih pantes buat main-main di dunia; soal jodoh. Ngeri gak sih saat kita denger temen kita mau menikah? emang itu kabar baik karena menandakan temen-temen gue sudah menemukan jodohnya. Buat gue? ngeri dan jadi motivasi sih. Biar cepet nyusul gitu hihihi.

Sedikit melenceng dari persoalan menikah dan dinikah-kan. Karena ini sama seremnya (dan) atau bahkan lebih serem dari apapun. Soal skripsi. Belakangan gue sering mendengar pernyataan "Kabar Buruk/ Kabar jelek" atau yang lebih menyentil telinga gue adalah "itu menyinggung perasaan". Bayangin aja, ditanya soal skripsi, beberapa mahasiswa tingkat akhir secara refleks menunjukkan rasa ketidaksukaannya. Serem kan?
Loh, kok bisa sih dibilang serem? bahkan sampai menyinggung dan jadi pertanyaan yang paling tidak ingin didengar? Jawabannya sederhana ternyata; tekanan dan ini soal waktu. Buat kita yang punya target dan atau ditargetin baik itu sama orang tua, sama pacar atau calon istri, atau calon mertua bahkan. Apalagi sampe nanyain "Gimana Skripsi kamu? Udah sampe mana skripsi kamu? Kapan sidang skripsi?" Mungkin, kalau (mereka) mendengar pertanyaan seperti itu rasanya ingin men-cekek atau bahkan ingin berdoa "Ya allah musnahkan lah manusia yang bertanya soal skripsi" Hih, serem.

Soal nikah atau soal skripsi jadi dua hal yang menyita waktu saat kita menuju usia 23 sampai seterusnya. Walau pertanyaan itu sederhana, tapi rasanya itu jadi pertanyaan yang cukup pahit, atau paling pahit di dunia ini. Iya, karena dua hal itu cukup menyita waktu kita untuk berfikir dan cukup bikin pergolakan yang cukup panas di dalam hati. lebay? coba rasakan sendiri sensasinya.

Gue ingin mengajak kalian untuk memutar waktu kita. Kembali pada masa dimana masa itu buat banyak orang adalah masa yang paling indah, Masa SMA. Benerkan indah? Apa coba yang bikin kalian merasa masa itu paling indah? Temen? Guru? atau cerita kisah kasih kalian di masa abu-abu? Ternyata, apapun kenangan kita; gue dan kalian, di Sma memang punya kenangan yang cukup indah. Banyak hal sih yang bikin kita punya kenangan indah di Sma. Tapi, ternyata engga semua dari (kita) menikmati masa-masa sma atau masa yang lebih muda dari masa kuliah. Ada yang kalau ngeluh bilang gini

"KOK SMA NIH LAMA BANGET YA?"

terus dibales sama yang kuliah kaya gini:
"KULIAH ITU ENAK LHO, MASUK JAM 7 PULANG JAM 8"

"KULIAH ITU ENAK LHO, GAK ADA RAZIA RAMBUT. MAU GONDRONG? SILAHKAN!"

 "Sumber: om gugel" 

Terus dibales sama mereka yang udah masuk ke semester 5 dimana bagi gue dan beberapa mahasiswa lainnya yang sudah melewati semester 5 sepakat bahwa semester 5 itu semester yang penuh perjuangan baik secara lahiriah maupun batiniah. Bahkan, saking kerasnya perjuangan di semester 5 sampe ada pernyataan seperti ini:

"RASANYA PENGEN NIKAH AJA DARIPADA HARUS MASUK KE SEMESTER 5"


"Sumber: om gugel" 

 
Gue adalah salah satu manusia yang kurang menikmati setiap momen di waktunya. Tapi, bukan berarti tidak memaknai nya. Buat gue, waktu itu berjalan sangat cepat kalau kita menikmatinya. Mecari ilmu baru, pengalaman yang cukup mengasyikan, dan segala sesuatu yang menyenagkan jadi cara yang cukup positif untuk memaknai waktu kita. Bener kata pepatah "kesempatan itu gak datang dua kali, karena waktu berjalan maju" 

Terus, gue menyesali waktu yg udah lewat? engga. Justru gue memaknai waktu yang sudah berlalu itu sebagai kenangan kalau yang baik, indah dan lain sebagainya. Kalau waktu yang sudah berlalu itu kurang baik? Jangan dilupain, tapi dijadikan pelajaran berharga untuk waktu kita yang akan datang. Karena waktu gak bisa diputer kebelakang, itu cuma punya Doraemon. Dan itu cuma di TV."  

 Kalau kamu, memaknai waktunya kaya gimana? Yuk Share di Comment Box :D 
Selamat Membaca.

0 comment: