Jan 3, 2016

Antara Hobi, Pekerjaan, dan Ilmu Baru

Selamat Tahun Baru 2016.
Yeaayy Tulisan gue pertama untuk blog gue tercinta di tahun 2016. Harapan baru, doa baru, hingga hidup yang lebih baru di tahun 2016. Semoga berkah. Yeaayy.

Bukan tentang tahun baru yang bakal gue tulis. Bukan juga tentang harapan-harapan di tahun yang baru. Buat harapan boleh, tapi dijalanin. Bukan juga soal mimpi-mimpi gue yang begitu besar, belum terwujud dari mimpi-mimpi itu. Ini tentang sebuah kisah terbaru gue di akhir tahun 2015 dan bersambung ke awal tahun 2016.

"Nasuha, kamu tanggal 28 Desember 2015 - 3 Januari 2016 Free gak?" Tanya bos gue di tempat gue cari receh zaman semester 2.

"Emang kenapa mas?" Jawab gue

"Ada job dokumentasi ke Bali dari tanggal tadi" Sambungnya di bbm.

"Waah, seriusan mas? Mau!" 

Dengan lantang dan serius bercampur bahagia gue langsung menjawab mau. Tanpa fikir panjang langsung gue ambil job itu. Alasannya sederhana, gue suka kalau hobi gue itu menjadi sangat menyenangkan. Karena hobi yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Dibayar bukan berarti gue tidak menikmati hobi gue itu. Kalau hobi gue dibayar berarti gue berhasil membawa hobi gue ini.

Berarti hobi gue adalah hobi yang materalistis dong? Hobi gue harus menghasilkan uang dong? 

Bukan!. Hobi yang gue cintai bukan melulu soal uang. Bukan seberapa banyak uang itu membayar hobi gue. Gue cuma seneng hobi gue ada yang mau mengapresiasi sekaligus nambahin pemasukan gue. Kalau mau gue seriusin dari hobi ya bisa aja. Tapi, gue selalu berfikir bahwa hobi tujuan akhirnya bukan tentang uang, tapi tentang kepuasan diri gue dalam berkarya di hobi itu.

Singkat cerita gue menerima job tersebut. Itung-itung menambah pengalaman dan skill gue di hobi yang gue geluti, finally gue merasa di apresiasi karena hobi gue dilihat segelintir orang yang ada didalam job gue itu.

Awalnya, gue merasa canggung di job ini. Bayangin aja, gue berada diantara para orang tua, dan status mereka adalah sebagai para pendidik di negeri ini. Mereka semua akademisi, pegawai, dan para pekerja yang ada di bidang pendidikan. Sedangkan gue? Cuma mahasiswa semester 5 yang bolos kuliah pengganti untuk membahagiakan diri gue lewat hobi gue.

Bener kata orang, Tak kenal maka tak sayang. Perkenalan adalah awal dari segalanya. Perkenalan bagai garis start saat kita akan mulai berlari. Dari perkenalan itu, banyak pembicaraan yang terjadi selama perjalanan. Dan dari pembicaraan itu datanglah ilmu-ilmu baru buat gue dan gak akan mungkin gue dapetin di bangku kuliah yang saat ini sedang menguras fikiran, tenaga, dan waktu gue untuk memperjuangkannya.

Gue dipertemukan dengan seorang bapak, Bapak Mulyono namanya. Dia adalah Pegawai TU di salah satu sekolah yang jadi rombongan tur. Dan yang paling gue inget tentang beliau adalah ilmu yang diberikan ke gue.

"Belajar, Belajar, Belajar. Itu kunci jadi orang sukses. Orang sukses selalu ingin belajar dalam hal apapun." Itu kata-kata dari beliau yang paling gue ingat. 

Kata-kata yang paling sakral menurut gue. Benar adanya kalau manusia emang harus terus belajar. Gue emang mahasiswa, tapi gue gak cukup cuma belajar di kampus dari 2sks sampe 3 sks. Kuliah dari jam 7 pagi sampe jam 6 sore. Atau cuma dari tugas yang dibuat berjibun apalagi mendekati UAS. 

Hal itu adalah hal primer yang harus gue lakuin sebagai mahasiswa. Tujuan mahasiswa awalnya emang buat cari ilmu di kampus. Buat apa bayar spp mahal kalau gue cuma luntang-lantung gak jelas. Kasian orang tua. Tapi, itu aja gak cukup. Ilmu bukan tentang IPK (Tapi, ipk juga penting sih). Tapi tentang pengalaman yang begitu luas. Pengalaman engga selalu didapeting dari bangku kuliah. Pengalaman yang banyak memang tersedia di kehidupan yang sesungguhnya. Diluar gedung, berada di setiap sudut dunia ini.

Dari situ gue merasa kapasitas gue untuk terus belajar supaya semakin bertambah. Biar gue engga jadi orang yang cepat puas saat gue dapet sedikit ilmu dari kuliah misalnya, atau puas karena gue pernah ikut berbagai organisasi atau event. Bukan! Belajar yang sesungguhnya itu gak pernah ada batasnya. Sampe kapasitas otak di tubuh kita overload karena ilmu dari cara gue belajar tentang hidup.

Belajar juga engga kenal orang, waktu dan tempat. Bukan dengan dosen bergelar tinggi dan pintar. Bukan juga dengan teman yang dapet IPK cumlaude. Belajar bisa gue dapetin dari seorang OB di sekolah sekalipun. Karena belajar engga kenal orang. Belajar juga engga tau tempat dan waktu. Dimanapun, bahkan tanpa diminta.

Dari perjalanan gue selama satu minggu ini gue selalu belajar bahkan dari belajar itu gue dapet banyak ilmu baru buat hidup gue. Gue berkesempatan kenal dengan seorang kepala sekolah, atau guru BP yang terkenal killer, bahkan gue juga bisa kenal dengan seorang OB dan supir serta kondektur. Dari mereka semualah gue bisa belajar dan dapet ilmu yang mungkin engga setiap hari bisa gue dapetin.

Sekarang, gue mengerti kenapa nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatNya untuk terus belajar. Hidup engga cukup di satu tingkat. Kita perlu naik ke tingkat selanjutnya. Untuk naik tingkat tersebut kita membutuhkan ilmu. Dengan ilmu, kita dapat belajar tentang hidup ini. Selamat Tahun Baru, Jangan lelah untuk Terus Belajar.

0 comment: