Apr 16, 2016

Mau Jadi Apa?

Selamat gue ucapkan untuk seluruh Siswa/siswi sekolah menengah atas yang telah menyelesaikan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Gimana rasanya? Seneng kan? Bahagia kan? Atau nano-nano rasanya? Semua jawaban atas pertanyaan gue ada di kalian semua. Karena rasa itu cuma kalian yang tau. Sekali lagi gue ucapkan selamat untuk seluruh SISWA SMA di seluruh Indonesia atas terlaksananya UNBK yang pertama kalau gak salah. Bener kan? kalau salah silahkan koreksi gue.
Setelah UN. Belum lulus udah di coret-coret

Gue cuma mau mengucapkan selamat atas ujian yang sudah selesai. Lalu, apakah kalian sudah dinyatakan lulus? Belum tentu. Eh gatau deng kalau sekarang. Gue denger-denger UN bukan syarat mutlak kelulusan sekolah ya? hmmm.. Enak dong yaa. UN gak sungguh-sungguh juga pasti lulus laah. Asal punya perilaku baik aja selama di sekolah. Mungkin, UN tidak seseram zaman gue SMA dulu. Zaman gue UN hukumnya mendekati wajib. Bahkan sangat menakutkan bagi gue dan temen-temen seperjuangan gue. Apalagi waktu itu UN juga jadi syarat untuk masuk perguruan tinggi yang tetap dibantu oleh nilai ujian sekolah. Dan walhasil nilai sekolah pun semuanya dikatrol. Untuk apa? untuk membantu nilai UN yang sangat menakutkan itu.

Sedikit cerita untuk adek-adek SMA yang baru aja menyelesaikan UN(ditambah BK). Waktu zaman gue dulu atau angkatan 2013, UN adalah hal yang sangat menakutkan. 3 bahkan sampai 6 bulan sebelum pelaksanaan UN kami di ultimatum oleh para guru untuk giat belajar demi mampu menjawab UN yang 20 paket (waw 20 paket). Selain itu juga gue dan teman-teman lainnya di jejali oleh berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan akademik. Dari mulai Try out yang internal atau eksternal, Bimbel di sekolah bahkan hingga bimbel di luar. Belum lagi ditambah waktu belajar dirumah. Gue harus rela mengurangi waktu bermain untuk ber-belas-belas jam di sekolah dengan menghabiskan waktu untuk belajar dan belajar. Ini bukan pencitraan, kalau engga percaya silahkan tanya ke kakak kelas kalian dari angkatan 2013 atau hingga yang lebih diatas gue. Demi apa? demi UN yang sukses dan nantinya masuk ke Universitas ternama yang telah lama gue idam-idamkan.

Di hari H pelaksanaan UN pun masih belum berhenti perjuangannya. Gue harus bangun sebelum ayam berkokok untuk belajar dan mencari sedikit wangsit. Setelah itu menyiapkan amunisi untuk bertempur dengan soal yang 20 macam tadi. Soal yang gue kerjakan pun sangat jauh berbeda dengan teman-teman yang berada didalam satu ruangan. Bahkan, Kunci Jawaban yang sudah tidak asing saat UN pun sepertinya tidak banyak membantu. Mbingungi. Modal belajar dan berharap tuhan memberikan mukjizat aja gue waktu UN. Mungkin cuma Tuhan yang bisa membantu gue untuk lulus dari SMA ini dan merasakan dunia per-sarjana-an yang konon lebih enak dari anak sekolahan.

YES, Gue lulus!
Gue senang bukan main saat gue dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. Apalagi pas gue buka surat dari sekolah yang isinya:

"Civitas akademika SMA NEgeri 3 Kota Serang mengucapkan "SELAMAT" atas keberhasilan 
putra/i terbaik Bapak/Ibu yang telah menyelesaikan pendidikan di sekolah ini tanpa kendala
yang berarti pada tahun pelajaran 2012/2013"
Surat kelulusan. Masih gue simpen

Seneng gak liat hasil surat yang menyatakan kita berhasil menyelesaikan sekolah yang wajib selama 12 tahun? Seneng banget. Setelah pengumuman kelulusan pun gue dan teman-teman yang datang mengucap syukur atas keberhasilan kami dalam menyelesaikan studi secara bersama-sama. Dan kita lulus semua.

Ada yang unik waktu pengumuman sekolah waktu itu. Sekolah mewajibkan seluruh siswanya untuk menggunakan baju muslim dan muslimah saat kelulusan. Berbeda dari sekolah-sekolah yang lain. Sekolah gue melarang untuk adanya ritual coret-coret setelah kelulusan. Gue sih biasa aja karena waktu itu emang tujuan gue adalah cari pengumuman bukan coret-coret seragam yang orang tua beliin buat kita sekolah. Gue lulus, gue bersyukur, gue pulang. Udah gitu aja.

Terus, setelah gue lulus dari SMA bukan berarti perjuangan gue selesai gitu aja. Masih ada mimpi gue untuk masuk ke universitas yang gue mimpikan. Dan dengan doa dan segala kemampuan gue mendaftar di SNMPTN undangan. Dengan penantian yang lumayan menguras waktu karena gue harus menyiapkan cadangan kemana gue akan berlabuh kalau hasilnya kurang memuaskan.

Dugaan gue benar. Gue gagal masuk di universitas yang udah lama gue impikan. Gue harus terpental ke universitas yang masih satu daerah dan sekarang gue menikmati kuliah di universitas ini. Gue baru tau setelah beberapa semester ini kalau ternyata kegagalan gue menembus SNMPTN adalah nilai yang di katrol terlalu tinggi. Ada ketimpangan antara nilai UAS dan UN. Dan mungkin itu jadi faktor kenapa gue gagal. Gue membandingkan dengan beberapa teman gue, mereka nilai nya (biasa) tapi mereka sukses menembus SNMPT undangan. Sedih? Iya, karena itu gue merasakan kegagalan yang begitu membekas.

Kenapa gue membahas sekolah di jaman gue sama sekarang? Gue cuma miris sama tingkah laku adek-adek gemes sekarang ini. Apalagi belakangan beredar foto-foto imut dari adek-adek gemes ini setelah mereka (sukses) menyelesaikan UNBK. Bukan (sukses) menyelesaikan pendidikan mereka di SMA. Apalagi mereka sudah merasa yakin dan melaksanakan ritual coret-coret seragam pasca UN yang cuma ada di Indonesia. Padahal mereka belum dinyatakan "LULUS" oleh pihak sekolah. Dan belum dinyatakan "DITERIMA" oleh Universitas. Terus gimana?
coret-coret itu nikmat. Sumber: modifikasi.com

Mungkin menurut mereka, UNBK adalah akhir dari kesulitan mereka di sekolah. Padahal masih banyak jalan yang harus mereka lakukan. Masuk Universitas dan jadi mahasiswa. Jadi mahasiswa pun tidak semudah yang gue bayangkan saat di sekolah dulu. Emang, jadi mahasiswa itu kuliah nya gak satu minggu penuh. Tapi bisa jadi kuliahnya full dari jam 7 pagi sampe jam 6 sore. Emang, jadi mahasiswa itu aturannya sedikit. Gak ada razia rambut, gak ada razia kendaraan (bebas bawa kendaraan apa aja). Tapi, jadi mahasiswa itu belum tentu bebas dari aturan dosen yang kadang semaunya. Apalagi soal tugas.

Gue punya beberapa teman di jurusan farmasi, teknik, dan lain sebagainya. Setiap jurusan punya tingkat kesulitan masing-masing. Mereka yang mengambil jurusan eksak harus rela begadang demi menyelesaikan laporan dan siap-siap untuk responsi di keesokan harinya. Mereka rela mengurangi waktu tidurnya demi menyelesaikan laporan-laporan yang se-abreg. Sedangkan mereka yang berada di jurusan sosial harus rela meningkatkan kualitas hafalannya karena mereka dituntut untuk berfikit kreatif atas permasalahan yang akan dihadapi. Mereka yang ada di jurusan sosial ini kadang berimajinasi, karena mereka tidak memiliki panduan rumus yang memang sudah ditentukan akan seperti apa hasil akhirnya. Masih mau bilang jadi mahasiswa lebih gampang dari siswa? Namanya aja udah maha-siswa. Artinya lebih dari seorang siswa. Lebih beban tugasnya, lebih waktu belajarnya, lebih tanggung jawabnya.

Itu yang bikin gue miris. Kenapa siswa sekarang udah berani merayakan keberhasilannya setelah ujian nasional. Dan mereka merayakan dengan cara yang kurang wajar kaya nyobek rok sampe keliatan belahan kaya mba-mba di bioskop. Coret-coret sembarang bahkan di sembarang tubuhnya. Atau konfoi di jalan raya yang begitu mengganggu mereka yang berada di jalan raya. Tidak kah mereka berfikir kedepan mereka akan jadi seperti apa? Kuliah di mana? Kerja di mana? atau mau nikah dimana?

Itu kembali ke diri masing-masing sesuai dengan mimpi, cita-cita dan keuangan masing-masing. Selamat berjuang adek-adek gemes. Silahkan coret-coret sesuka hati kalian, sebelum kalian merasakan coret-coret di tugas atau skripsi kalian oleh dosen pembimbing. Tinggal kalian yang menentukan, mau jadi apa?


0 comment: